Para
mahasiswa keluar dengan berhamburan menuju koridor kampus setelah melewati jam
terakhir kuliah hari ini. Aku baru saja menyelesaikan presentasiku hari itu
mengenai ‘Karakteristik dan Perbedaan Individu’ bersama teman-temanku. Kami
adalah kelompok kedua yang telah melakukan tugas kami dengan baik di awal
semester ini. Semua terasa menyenangkan.
Setelah merapikan
beberapa alat presentasi seperti proyektor dan hal lainnya, kuambil tasku yang
berada tak jauh dariku kemudian ikut meninggalkan kelas. Aku dan teman-temanku
mengucapkan selamat tinggal lalu Kembali ke tempat masing-masing. Selang
beberapa saat setelah pulang kampus, tampaknya teman-temanku di sosial media yang
merupakan mahasiswa-mahasiswa Unhas sedang ramai membicarakan mengenai perkuliahan
online yang akan dilakukan oleh kampus mereka setelah beredarnya surat yang
meliburkan seluruh perkuliahan di sana.
Tak lama
setelah itu, ternyata UMI dan Unismuh pun melakukan hal yang sama, aku jadi
agak cemas jika UNM juga akan meliburkan perkuliahan. Beberapa hari kemudian,
ternyata benar adanya, UNM meliburkan para mahasiswanya kemudian memerintahkan
seluruh dosen untuk melakukan perkuliahan daring dikarenakan merebaknya kasus
COVID-19.
Dengan
terpaksa, akhirnya kami, para mahasiswa harus melakukan pembelajaran jarak
jauh. Banyak dari kami yang memutuskan untuk pulang ke kampung masing-masing
termasuk aku. Kasus COVID-19 ini tampaknya tidak akan membaik dalam waktu
dekat, jadi aku memutuskan untuk melakukan #StayAtHome di Bone, tempat di mana
pertama kali aku melihat dunia.
Ada banyak
kendala yang kuhadapi selama menjalani perkuliahan online, mulai dari jaringan
yang tidak stabil hingga laptopku yang suka tidak merespon. Para dosen kelihatannya
juga cukup kesulitan memberikan kuliah melalui perangkat mereka, tak sedikit
kelas yang bertabrakan pada saat perkuliahan online ini dilakukan. Terkadang aku
harus mengikuti dua presentasi di waktu yang sama yang sama sekali terdengar
tidak efektif.
Demi
kelancaran proses perkualiahanku, aku pun mengganti kartu yang kugunakan sebelumnya
menjadi kartu yang lebih mahal agar jaringannya lebih baik. Namun sama saja, ketika
listrik padam, entah kartu apapun yang kugunakan tetap saja membuatku kesulitan
untuk terhubung dengan teman-temanku dan mengikut perkuliahan.
Selain masalah
jaringan, ada juga masalah lain yang kualami pada perkuliahan di tengah pandemi ini seperti aku suka ketiduran di pagi
hari dan keluargaku lupa membangunkanku. Untuk mengatasi masalah tersebut, aku
dan teman-temanku kemudian berinisiatif untuk memastikan kehadiran
masing-masing tiap kali kelas akan dimulai. Jadi, ketika mereka ketiduran, aku
yang akan mencari mereka begitupun sebaliknya. Kami bahkan membuat daftar nomor
telefon cadangan yang berisi nomor telefon para orangtua atau saudara kami.
Dengan usaha
keras dan kerja sama yang luar biasa, akhirnya aku dan teman-temanku berhasil
menyelesaikan semester dua kami dengan baik. Aku berhasil mempertahankan nilai
yang kudapat pada semester sebelumnya. Aku benar-benar bersyukur karena
dosen-dosen kami sangat pengertian dalam membantu dan mengarahkan kami hingga
kami bisa menjalani perkuliahan daring ini dengan baik.
Belum ada tanggapan untuk "Perkuliahan di Tengah Pandemi"
Posting Komentar